Di Balik Setang Motor, Ada Mimpi yang Ingin Dikejar

Daftar Isi

 


Dari balik kaca helmnya yang mulai buram, Yanti melihat bayangan kecil anaknya melambai dari depan rumah kontrakan. Jam menunjukkan pukul lima pagi. Masih gelap, udara Jakarta terasa dingin. Tapi Yanti harus segera pergi. Ia sudah janjian dengan pelanggan langganannya untuk antar pesanan bubur ayam ke kantor pusat sebuah bank.

Yanti adalah salah satu dari sedikit perempuan pengemudi ojek daring di wilayah Kemayoran. Bukan karena ia tak punya pilihan, tapi karena ia memilih ini. "Kalau saya nunggu suami saja, ya nggak cukup. Kami harus kerja sama," katanya suatu hari.

Tapi akhir-akhir ini, pendapatan Yanti terus menurun. Komisi dari aplikasi makin tipis, dan ia harus bersaing dengan pengemudi baru yang semakin banyak. Ia sempat berpikir untuk berhenti. Sampai suatu hari, ia melihat spanduk besar bertuliskan “PRADA Indonesia – Gerakan Pejuang Roda Dua” terpampang di pangkalan ojek dekat stasiun.

Tak lama, ia pun ikut serta dalam kegiatan CSR yang diadakan Dun Sanak—perusahaan teknologi lokal yang ingin membawa dampak sosial nyata. Di sana, ia mendapatkan pelatihan literasi digital, servis motor gratis, dan bahkan kesempatan mendaftar program beasiswa untuk anaknya.

Namun yang paling menyentuh hatinya adalah sesi berbagi cerita. Di sana, para pengemudi duduk melingkar, saling menceritakan perjuangan mereka. “Saya kira saya sendiri. Ternyata banyak juga yang berjuang seperti saya,” ungkap Yanti sambil menyeka air mata.

Hari itu, ia pulang bukan hanya dengan motor yang lebih mulus atau saldo e-wallet tambahan, tapi dengan semangat baru.

Bagi Yanti, PRADA Indonesia bukan sekadar program. Ia adalah rumah tempat para pejuang roda dua dihargai, didengar, dan dibantu untuk tetap maju. Dan di balik setang motornya, kini ada mimpi yang lebih besar, lebih berani, dan lebih mungkin untuk dikejar.


Posting Komentar